Newest Post
Archive for Januari 2014
Masa remaja merupakan
masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Kehidupan remaja merupakan
kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan masa depan mereka selanjutnya.
Pada tahun 2010 jumlah remaja umur 10-24 tahun sangat besar yaitu sekitar 64 juta
atau 27,6% dari jumlah Penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk,
2010). Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi
penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani,
rohani, mental dan spiritual. Faktanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa
remaja mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi
yang dialami remaja. Masalah yang menonjol dikalangan remaja yaitu permasalahan
seputar TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), rendahnya
pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan median usia kawin pertama
perempuan relatif masih rendah yaitu 19,8 tahun (SDKI 2007). Berikut gambaran
perilaku remaja, berkaitan dengan risiko TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan
AIDS), rendahnya pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja dan
median usia kawin pertama perempuan:
1. Seksualitas
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya
remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa remaja perempuan dan remaja laki-laki
usia 15-24 tahun yang menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah
masing-masing 1% pada wanita dan 6% pada pria (SKRRI, 2007). Masih berdasarkan
sumber data yang sama, menunjukkan pengalaman berpacaran remaja di Indonesia
cenderung semakin berani dan terbuka : 1). Berpegangan tangan, laki-laki 69%
dan perempuan 68,3%; 2).Berciuman, lakilaki 41,2% dan perempuan 29,3% dan 3).
Meraba/ merangsang, laki-laki 26,5% dan perempuan 9,1%. Perilaku seksual
pranikah dikalangan remaja diperkuat dengan data dari Depkes Tahun 2009 di 4
kota besar (Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya), menunjukkan bahwa
35,9% remaja mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah
dan 6,9% responden telah melakukan hubungan seks pranikah. Berdasarkan
penelitian dari Australian National University (ANU) dan Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2010 di Jakarta, Tangerang dan Bekasi
(JATABEK) dengan jumlah sampel 3006 responden (usia <17 – 24 tahun), menunjukkan
bahwa 20,9% remaja mengalami kehamilan dan kelahiran sebelum menikah dan
38.7%remaja mengalami kehamilan sebelum menikah dan kelahiran setelah menikah.
Dari data tersebut terdapat proporsi yang relatif tinggi pada remaja yang melakukan
pernikahan disebabkan oleh kehamilan yang tidak diinginkan.
2. Napza
Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional Tahun 2008, menunjukkan
bahwa jumlah pengguna Napza sampai dengan tahun 2008 adalah 115.404. Dimana
51.986 dari total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (usia 16-24
tahun). Mereka yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa berjumlah
4.055.
3. HIV dan AIDS
Jumlah kasus baru AIDS periode Januari – September
2011 sebesar 1805 kasus. Data tersebut merupakan fenomena gunung es artinya
data tersebut hanya yang dilaporkan saja. Sedangkan untuk kasus AIDS secara
kumulatif, jumlah kasus AIDS sampai dengan Juni 2011 sebesar 26.483 kasus. Dari
jumlah kasus tersebut, 45,9% diantaranya adalah kelompok usia 20 – 29 tahun
(Kemenkes RI, 2011). Jika dikaitkan dengan karakteristik AIDS yang gejalanya
baru muncul setalah 3 – 10 tahun terinfeksi, maka hal ini semakin membuktikan
bahwa sebagian besar dari mereka yang terkena AIDS telah terinfeksi pada usia
yang lebih muda.
4. Pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi
Remaja
Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah. Remaja perempuan yang
tidak tahu tentang perubahan fisiknya sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%)
remaja perempuan tidak mengetahui kapan seorang perempuan memiliki hari atau
masa suburnya. Sebaliknya, dari survei yang sama, pengetahuan dari responden
remaja laki-laki yang mengetahui masa subur perempuan lebih tinggi (32,3%)
dibanding dengan responden remaja perempuan (29%). Mengenai pengetahuan remaja
laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi (24,4%) dibandingkan dengan remaja
perempuan (16,8%). Sedangkan pengetahuan remaja laki-laki tentang menstruasi
lebih rendah (33,7%) dibandingkan dengan remaja perempuan (76,2%). Pengetahuan
remaja tentang cara paling penting untuk menghindari infeksi HIV masih
terbatas, hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja laki-laki menyebutkan
pantang berhubungan seks, 18% remaja perempuan dan 25% remaja laki-laki
menyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja perempuan dan 8% remaja
laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan berganti-ganti pasangan
seksual) sebagai cara menghindari HIV dan AIDS (SKRRI, 2007).
5. Median Usia Kawin Pertama Perempuan
Menurut SDKI tahun 2007, median usia kawin pertama perempuan
adalah 19,8 tahun. Hasil penelitian puslitbang kependudukan BKKBN tahun 2011
menemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi median usia kawinpertama
perempuan diantaranya yaitu faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal
(desa/kota). Diantara beberapa faktor tersebut ternyata faktor ekonomi yang paling
dominan terhadap median usia kawin pertama perempuan. Hal ini dilatarbelakangi
alasan kemiskinan karena tidak mampu membiayai sekolah anaknya sehingga orang
tua ingin anaknya segera menikah, ingin lepas tanggung jawab dan orang tua
berharap setelah anaknya menikah akan mendapat bantuan ekonomi. Berdasarkan
data dan kondisi yang diinginkan tersebut di atas, menunjukkan betapa besarnya
jumlah remaja Indonesia yang terganggu kesempatannya untuk melanjutkan sekolah,
memasuki dunia kerja, memulai berkeluarga dan menjadi anggota masyarakat secara
baik. Sejumlah itu pula remaja yang tidak siap untuk melanjutkan tugas dan
peran sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat mengantar Negara
Indonesia menjadi Negara berdaulat dan bermartabat. Dengan meningkatnya jumlah
remaja yang bermasalah akan mengganggu pencapaian tugas-tugas perkembangan
remaja. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja
secara individual, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental, emosional dan
spiritual.
2. Tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan remaja secara
sosial. Oleh Bank Dunia (2007), masa transisi kehidupan remaja dibagi menjadi 5
Transisi Kehidupan
(Youth Five Life Transitions), antara lain :
a. Melanjutkan sekolah (continue learning)
b. Mencari pekerjaan (start working)
c. Memulai kehidupan berkeluarga (form families)
d. Menjadi anggota masyarakat (exercise citizenship)
e. Mempraktikkan hidup sehat (practice healthy life)
Untuk merespon permasalahan remaja tersebut,
pemerintah melakukan berbagai program dan kegiatan yang disebar ke instansi
berkaitan sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Dalam pasal 48 ayat (1) pada huruf b menyebutkan
bahwa peningkatan kualitas remaja dengan pemberian akses informasi, pendidikan,
konseling dan
pelayanan tentang kehidupan berkeluarga. Peningkatan kualitas
remaja melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga oleh BKKBN.
2. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
3. Peraturan Kepala BKKBN nomor 72/PER/B5/2011 tentang
organisasi dan tata kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.
4. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Provinsi.
5. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Nomor 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelatihan
Kependudukan
dan Keluarga Berencana. Dalam rangka mengemban amanat
undang-undang dan merespon permasalahan remaja, BKKBN mengembangkan Program
Generasi Berencana (GenRe) bagi Remaja da keluarga yang memiliki remaja yang
sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya dilaksanakan oleh Direktorat Bina Ketahanan
Remaja (Dithanrem). Program ini didasarkan pada Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor 47/HK.010/B5/2010 tentang Rencana Strategis
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 2010 - 2014 dan Addendum Peraturan
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nomor 133/PER/B1/2011 tentang Rencana
Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2010 -2014 untuk
Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dalam addendum tersebut
dinyatakan sebagai berikut:
1. Meningkatnya usia kawin pertama (UKP) perempuan
dari 19.8 (SDKI 2007) menjadi sekitar 21 tahun.
2. Meningkatnya partisipasi keluarga yang mempunyai
anakdan remaja dalam kegiatan kelompok kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) dari
1.5 juta menjadi 2.7 juta keluarga remaja. Program GenRe tersebut dilaksanakan
berkaitan dengan bidang kehidupan yang kelima dari transisi kehidupan remaja dimaksud,
yakni mempraktikkan hidup secara sehat (practice healthy life). Empat bidang
kehidupan lainnya yang akan dimasuki oleh remaja sangat ditentukan oleh
berhasil tidaknya remaja mempraktikkan kehidupan yang sehat. Dengan kata lain
apabila remaja gagal berperilaku sehat, kemungkinan besar remaja yang
bersangkutan akan gagal pada empat bidang kehidupan yang lain. Program GenRe ditujukan
kepada remaja/mahasiswa melalui wadah PIK Remaja/Mahasiswa (PIK R/M) dan
keluarga yang memiliki remaja melalui wadah Bina Keluarga Remaja (BKR). PIK
Remaja/Mahasiswa adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe,
yang dikelola dari, oleh dan untuk Remaja/Mahasiswa guna memberikan pelayanan
informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi
keluarga, TRIAD KRR (seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), keterampilan hidup
(life skills), gender dan keterampilan advokasi dan KIE. Keberadaan dan peranan
PIK R/M dilingkungan remaja/ mahasiswa sangat penting artinya dalam membantu remaja/mahasiswa
untuk memperoleh informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang
penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa.
REPORTASE SEPUTAR PELAKSANAAN CBT ANGKATAN 16 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Diajukan sebagai
tugas mingguan pada mata kuliah jurusan jurnalistik
Dosen pembina :
Asnawin Aminuddin
Oleh
Mardianto
50500112048
Jurnalistik B
JURNALISTIK
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2013
REPORTASE SEPUTAR PELAKSANAAN CBT ANGK. 16 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
UIN ALAUDDIN- kembali melakukan
program unggulannya yang ke 16 yaitu Character Building Training (CBT) yang
merupakan bagian dari Character Building Program (CBP), Sebuah program yang
bertujuan untuk membangun pribadi yang berkarakter disetiap mahasiswa UIN
alauddin dengan jalan pembekalan materi
secara in door dan pembekalan materi secara out door. Program ini tidak
lain merupakan bentuk aktualisasi dari
visi UIN Alauddin yakni sebagai pusat keunggulan akademik dan intelektual yang
mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dan IPTEK, menjadi pusat pengembangan
nilai-nilai akhlak mulia, kapasitas, potensi, dan kepribadian muslim indonesia
yang lebih berperadaban.
seluruh mahasiswa peserta character building
training ( CBT ) angkatan 16 memadati
gedung auditorium kampus dua UIN Alauddin Makassar untuk melakukan check
in tepat pada pukul 09.00 Jum’at 01 November kemarin dan tercatat Sekitar 277
mahasiswa yang melakukan check in pada panitia tapi yang berhasil lulus sampai
tahap pinish hanya sekitar 270 orang, selebihnya ada yang lulus bersyarat dan
lulus tunda akibat melanggar peraturan yang telah disepakati bersama, adapun
peraturan yang telah disepakati yaitu tidak merokok bagi laki-laki selama
berlangsungnya CBT, tidak boleh menggunakan pakaian ketat bagi wanita, tidak
boleh berambut panjang bagi laki-laki, memakai pakaian rapi bagi wanita dan
laki-laki. Pembukaan CBT angkatan 16 ini resmi dibuka usai shalat jum’at oleh
direktur Character Building Program (CBP) Dr. H. Muh. Sabri AR, M.Ag.
pembekalan secara in door diawali
dengan pemutaran film atau video tentang proses kelahiran manusia dengan tujuan
untuk meningkatkan kesadaran kepada mahasiswa betapa pentingnya pengabdian
kepada orang tua atas kasih sayangnya, darahnya mengalir dalam tubuh kita
dengan penuh cinta. Dalam in door para
mentor, pelatih, dan pemateri memberi pelajaran secara terstruktur dan lebih
merujuk pada materi. Senang sekali mengikuti CBT karena prosesnya sangat nyaman
yaitu santai tapi serius dengan metode yang dilakukan membuat para mahasiswa
dekat dengan dosen secara emosional
dengan panggilan kanda atau kak, begitupun sebaliknya dosen memanggil
mahassiswa dengan sebutan adinda, ujar salah satu peserta CBT. Sedangkan dalam
pembekalan out door lebih merujuk pada pendekatan wisata dengan jalan
memaksimalkan potensi kesadaran dan penyadaran kepada mahasiswa dengan
melalui pendekatan emosional dan spiritual,
para mentor senantiasa mengajak kita untuk merenungkan keesaan Allah SWT. Dan
bagaimana membangun relasi terhadap diri sendiri, terhadap sesama, dan terhadap
Tuhan yang maha esa sebagaimana dalam al-Qur’an disebutkan hablul minallah wa
hablul minannas wa hablul minalam. Di CBT kita digembleng untuk menjadi insan
yang bermanfaat, menjadi insan yang mempunyai moral, agar menjadi manusia yang
intelektualitas, religiusitas, dan humanitas. Tidak hanya itu mentor atau
pelatih juga memberikan lmbar kerja (LP) 1, 2, 3, 5, 7, lembar perkenalan
singkat , lembar permainan gelang, lembar inspirasi dan ambisi, lembar goal,
dan peta hidup.
In door diakhiri dengan doa
bersama yang dipimpin langsung oleh direktur CBP tepat pada jum’at 01 November
sore kemarin, dilanjutkan dengan pemberangkatan out door ke Bukit pesona alam
dusun Palayya dengan dengan menggunakan mobil enam mobil bus, satu mobil avansa
dan satu mobil open cup.